Friday, February 10, 2012

Konsistensi Perlawanan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Terhadap Kapitalisasi Pendidikan

Oleh : Muhammad Harir - Ketua Umum Serikat Mahasiswa Indonesia Cabang Semarang

Di tengah gejolak perlawanan yang terjadi di setiap penjuru dunia pada dewasa ini, Serikat Mahasiswa Indonesia selalu berjuang dan telah menunjukkan semangatnya tanpa mengenal rasa letih ditengah-tengah massa-rakyat yang saat ini sedang tertindas serta senantiasa berpegang teguh terhadap perjuangan pembebasan nasional. SMI juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada organisasi-organisasi rakyat yang telah banyak memberikan kritik dan dukungannya dalam aktivitas persatuan perjuangan pembebasan. SMI menyakini bahwa dengan persatuanlah rakyat mampu melewati masa suram kehidupan umat manusia menuju kemenangan dan kesejahteraan. Kehadiran Serikat Mahasiswa Indonesia telah menjadi sebuah organisasi massa mahasiswa yang terus berjuang melawan kapitalisasi pendidikan. Dimana praktik jahat dari kapitalisasi pendidikan telah menghancurkan kualitas tenaga-tenaga produktif rakyat Indonesia.
SMI mempunyai sejarah yang cukup panjang terutama dalam proses pembangunannya. Sejak tanggal 17 Agustus 2006 ( Hari Kelahiran SMI ) maka secara De Facto maupun De jure telah berdiri satu Organisasi Massa Mahasiswa Tingkat Nasional yaitu Serikat Mahasiswa Indonesia ( SMI ) yang siap berdinamika di kancah Gerakan Demokratik tingkat Nasional dan siap mengemban tugas-tugas perjuangan massa Mahasiswa di Indonesia.
Dan mengenai demokratisasi ikampus saat ini, SMI menuntut kepada pemerintah untuk membuka partisipasi luas bagi tiga komponen yaitu mahasiswa, pejabat instansi pendidikan, dan kelompok dari luar khususnya kelas pekerja. Keterlibatan SMI dalam hal ini tidak hanya dalam aspek institusional namun juga dalam upaya penentuan program pendidikan gratis dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. SMI menganggap penting pendidikan untuk di perjuangkan, karena pendidikan merupakan suatu alat untuk membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan ketertindasan. Akses atas pendidikan sudah sepantasnya untuk dibuka seluas-luasnya kepada semua kelas masyarakat yang sekaligus tidak hanya mereproduksi pengetahuan yang hanya bisa dijual di pasar dan perusahaan yang memiliki kepentingan tertentu, namun juga mereproduksi pengetahuan yang berguna terhadap pelayanan masyarakat yang mayoritas. Dalam perjuangan yang dilakukan SMI telah menuntut kepada negara untuk melakukan penataan sistem pendidikan nasional yang memang harus benar-benar pro terhadap rakyat Indonesia.
Apa yang dituntut oleh gerakan mahasiswa saat ini adalah deretan tuntutan yang telah lama diperjuangkan. Terdapat pertanyaan yang meluas ditengah masyarakat mengenai parameter berbasis pasar yang digunakan dalam urusan pelayanan pendidikan, pengambilan keuntungan yang berlebihan, dan konsep kesetaraan yang diukur berdasarkan pada tujuan-tujuan pasar. Jadi, pada dasarnya tuntutan-tuntutan ini telah lama berada ditengah masyarakat. Apa yang terjadi hari ini harus dikaitkan dengan berbagai aksi mobilisasi SMI yang sebelumnya telah sering dilakukan juga dengan tuntutan yang sama. Aksi-aksi tersebut pastinya juga sering mengalami kegagalan dalam upaya mencapai tujuan-tujuannya, dan pemerintah negara pada hari ini yang sedang menginduk kepada sistem kapitalisme telah banyak menghianati gerakan mahasiswa saat melakukan sebuah tuntutan-tuntutan yang sebelumnya telah diberikan kepada mereka. Maka dari itu gelora persatuan di tingkatan mahasiswa di seluruh indonesia, SMI mencoba untuk menjadi motor persatuan gerakan mahasiswa di seluruh indonesia untuk tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap praktik-praktik penindasan yang sedang mengebiri kehidupan rakyat secara keumuman.
Selama menaikkan panji-panji perjuangan mahasiswa, kami bersama elemen masyarakat lainnya terus bertanya mengapa layanan pendidikan tidak mendapat jaminan dari pemerintah. Selain itu, elemen-elemen ini juga mempertanyakan keseluruhan sistem: demokrasi yang tidak dimiliki oleh rakyat, hilangnya bentuk partisipasi yang nyata, pemilihan selalu ditentukan diantara empat dinding yang selalu menghasilkan sesuatu yang sama. Sehingga menjadi penting untuk mempertanyakan dari mana masalah ini muncul. Jawaban yang paling jelas dari masalah ini tentu adalah kediktatoran rezim yang tidak berpihak kepada rakyat. Dan di atas semua itu, kita harus terus memikirkan masa depan, dan masa depan tersebut harus lah merupakan sesuatu yang baru karena model neoliberal yang dipakai saat ini sangat tidak masuk akal. Dan sesuatu cita pembebasan nasional dalam melawan imprealisme harus mulai dibangun dari masyarakat Indonesia yang saat ini sedang tertindas.
Tujuan dari mobilisasi SMI dengan elemen-elemen organisasi sektoral
Kami memiliki suatu gerakan yang berhasil mengangkat isu-isu yang kita bicarakan di atas, sesuatu yang telah mulai dimaterialkan dalam demonstrasi. Secara kuantitas, ini dapat kita lihat dengan besarnya jumlah rakyat indonesia yang turun ke jalan sepanjang sejarah. Atau secara kualitatif, dapat kita lihat dengan keragaman peserta demonstrasi, seperti yang anda sebutkan sebelumnya bahwa peserta aksi tidak hanya mahasiswa, namun juga keluarga, kelas pekerja, warga kota, dan berbagai organisasi dari muti sectoral. Ini menandakan bahwa berbagai persoalan sosial yang muncul dari berbagai sektor diakibatkan oleh sistem ekonomi yang bermasalah – atau dalam terma ekonomi disebut sebagai sistem politik dimana distribusi kekuasaan dilakukan secara tidak adil- sehingga membutuhkan aksi yang jelas untuk memperbaikinya. Dan aspek politik juga mengambil peran dalam hal ini. Di atas semua itu, juga terdapat kebutuhan bagi kita untuk tetap menempatkan aspek hak asasi manusia dalam posisi sentral, dan juga tentunya hak-hak terhadap lingkungan. Itulah tujuan yang akan kami tuju.

Kembali ke perjuangan mahasiswa. Apa yang terjadi saat ini?
Saat ini, SMI akan memfokuskan sebuah perjuangan yang memang benar-benar ditujukan terhadap sektor pendidikan. Karena melihat posisi SMI sebagai organisasi massa mahasiswa sudah sepantasnya untuk kembali memikirkan hak-hak normatis mahasiswa secara kehususan dan kesejahteraan rakyat secara keumuman. Namun hal itu tetap terdapat beberapa hambatan-hambatan. Langkah dasar yang harus ditempuh SMI guna memperkuat organisasi, menjadikan organisasi menjadi besar dan revolusioner adalah dengan menguasai keadaan, keadaan itu harus dianalisis (dibaca), buat planning lalu lakukan kerja-kerja kongkrit dengan tujuan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini dan seterusnya. Kita akan beromong-kosong jika kita hanya membicarakan atau mendiskusikan masalah kerakyatan namun kita tidak ada yang dikerjakan. Maka diperlukan langgam gerak yang revolusioner yang sepenuhnya jiwa raga dipersembahkan kepada rakyat tertindas melalui perjuangan yang terpimpin. Setidaknya ada beberapa jalan terang yang akan menuntun kita menjadi organisasi yang besar, tangguh dan revolusioner. Pertama, kita harus sungguh-sungguh dalam mengamalkan (mempratekkan) teori yang telah kita dapatkan untuk membebaskan rakyat dari hisapan orang-orang serakah (kapitalis). Kesinambungan antara teori dan praktek dengan sadar dan ikhlas akan memberikan manfaat bagi diri sendiri yaitu kian tumbuhnya semangat berlawan dan tentunya kepada rakyat yang tertindas.
Kedua, Hanya dengan adanya kesatuan disiplin yang kuat ini organisasi kita bisa tetap memelihara sifat memimpin, bisa tetap mempertahankan sifat berdiri sendiri dalam ideologi, politik dan organisasi, serta bisa tetap memelihara hubungan yang erat dengan massa mahasiswa dan massa-rakyat . Disiplin organisasi kita bersumber dari nilai-nilai kehidupan kelas buruh. Bagaimana kelas buruh dituntut datang sebelum jam kerja, kedisiplinan kelas buruh dalam menjalankan kerja produksi, ia memiliki kehatian-hatian dalam memproduksi sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Dan yang terpenting disiplin kelas buruh dalam memenagangkan kontradiksi dengan kelas pemodal !!! Mari kita contoh disiplinnya kelas buruh !!! Ketiga, dalam pratek perjuangan adakalanya perhitungan kita tidak cocok dengan keadaan objektif. Maka timbulah kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Kekurangan dan kesalahan merupakan penyakit yang ganas. Penyakit tersebut tidak boleh dibiarkan, melain sesegera mungkin harus diobati, sebab kalau tidak, ia dapat menghacurkan dan meluluh-lantahkan organisasi. Disinilah pentingnya kritik oto kritik sangat dibutuhkan dalam terapi organisasi dalam menuju organisasi yang besar.
Keempat, kolektif bukanlah kerja gerombolan, melainkan kerja dengan pembagian kerja yang rapi dan sistematis. Dalam hal ini pekerjaan tidak juga dilakukan hanya seorang saja bahkan hanya melimpahkan pada pimpinan-pimpinas semata, melainkan semua alat organisasi berkerja menurut tugas dan fungsi masing-masing dengan berpegang pada kesimpulan-kesimbulan yang dibuat secara bersama. Kerja kolektif juga bukan kerja yang parsial melainkan kerja yang saling berhubungan, oleh karena itu dibutuhkan ruang koordinasi yang teratur.!!! Kelima, dalam mekanisme organisasi, sentalisme demokrasi merupakan penuntun arah gerak organisasi. Dimana perseorangan harus tunduk pada organisasi, minoritas tunduk di bawah mayoritas, organisasi rendah tunduk kepada organisasi lebih tinggi, serta keseluruhan organisasi berada dibawah kepemimpinan nasional dan Konfrensi Nasional. Sentralisme demokrasi juga akan membentengi dari gerak sporadis dan tak terpimpin yang akan membahayakan organisasi. Keenam, praktek kita ada massa. Sebagai organisasi massa mahasiswa, kita tentu harus berbaur dengan lautan massa mahasiswa. Dengan menyatunya kita dengan massa, kita akan mengetahui apa kemauan massa dan mana yang dapat dimajukan dari massa. Lebih tinggi lagi adalah massa-rakyat. Sebagai organisasi yang memiliki perspektif multi-sektor, sudah keharusan kita berdampingan dengan massa rakyat yang selalu dimiskinkan oleh sistem kapitalisme. Dengan mereka kita belajar bersama dan berjuang bersama. Inilah yang kita namakan garis massa !!!
Bagaimana Konsistensi Perjuangan SMI terhadap Pendidikan di Indonesia
Benar bahwa perjuangan kita adalah melawan kapitalisasi pendidikan sebagai ekspresi perjuangan normatif kita sebagai mahasiswa. Namun persoalan pendidikan nasional sejatinya bukan hanya persoalan mahasiswa atau pun civitas akademika kampus semata, melainkan persoalan rakyat. Rakyat memiliki kepentingan terhadap pendidikan nasional !!!. Maka bersama rakyatlah kita berjuang dalam menghalau cengkraman kapitalisme dalam dunia pendidikan nasional. Dengan amat sadar, bahwa kita tidak akan mampu mengubur kapitalisme di dunia pendidikan sendirian. Kita membutuhkan sekutu-sekutu dari seluruh gerakan rakyat. Tanpa mereka kita kerdil tak punya kekuatan, dan lama-kelamaan akan hilang tergerus oleh geganasan kapitalisasi pendidikan. Maka daripada itu, Ayo kita kepabrik-pabrik, kesawah-sawah katakan pada mereka kelas buruh dan kaum tani bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama terhadap pendidikan nasional. Katakan pada mereka, gara-gara negara yang dipimpin kelas borjuasi tidak akan rela memberikan pendidikan secara cuma-cuma. Katakan pula kepada mereka, ayo kita bersama-sama berjuang melawan kapitalisasi pendidikan.
Kapitalisasi Pendidikan: Hancurkan !!!
Pendidikan Gratis: Ilmiah, Demokratis !!!
Pendidikan Gratis: Bervisi Kerakyatan !!!
Persatuan Gerakan Rakyat: Lawan Kapitalisasi Pendidikan !!!
Maka jelaslah, bahwa persatuan gerakan rakyat yang kita butuhkan dalam mengubur dalam-dalam kapitalisme didunia pendidikan.

No comments:

Post a Comment

Lihat SMI Semarang Office di peta yang lebih besar